Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib
Ahmad bin Ubaid berkata; bahwa Ali bin Muhammad Al-Madain bercerita; bahwa Kumail berkata; Amirul Mukminin Ali bin Thalib memegang tanganku dan membawaku berjalan menuju Al-Jabban. Kemudian saat masuk waktu malam, maka dia duduk, selanjutnya bernafas, dan berkata, "Wahai Kumail bin Ziyad, hati ini laksana bejana, dan hati yang paling baik adalah yang paling bisa menampung isi.
Ingatlah perkataanku ini: manusia ada tiga macam;
seorang alim yang Rabbani, seorang yang belajar karena mengharapkan
keselamatan, dan orang yang tidak mendapatkan pelajaran yang berperilaku
seperti binatang, yang mengikuti setiap ajakan orang dan berubah-ubah sikapnya
sesuai arah mata angin, mereka tidak mendapatkan pencerahan dengan cahaya ilmu
pengetahuan, dan mereka juga tidak berlindung ke tempat berlindung yang kokoh.
Hai Kumail bin Ziyad, ilmu pengetahuan lebih baik dari harta. Karena ilmu
pengetahuan akan menjagamu sementara harta harus engkau jaga.
Demikian juga harta akan berkurang dengan diberikan ke orang
lain, sementara ilmu pengetahuan makin kuat dengan diberikan kepada orang lain.
Pun ilmu pengetahuan adalah yang berkuasa, sementara harta adalah yang
dikuasai. Hai Kumail bin Ziyad, kecintaan kepada orang alim adalah agama yang
harus dijalankan. Ilmu pengetahuan membuat orang yang alim menjadi berlaku taat
dalam kehidupannya, dan menjadi orang yang dibicarakan dengan baik setelah kematiannya.
Sementara nafkah harta akan habis dengan habisnya harta itu.
Hai Kumail bin Ziyad, para penimbun harta adalah orang-orang
yang mati saat mereka masih hidup. Sementara para ulama terus hidup sepanjang
masa meskipun tubuh mereka sudah tidak ada lagi, dan sosok mereka dalam hati
masih terus terjaga. Ketahuilah, di sini -ia menunjuk dadanya - terdapat banyak
ilmu jika saja saya menemukan orang yang bisa menanggung ilmu tersebut."
Kemudian Ali melanjutkan, "Ya Allah, benar sekali,
engkau mendapati orang yang berpemahaman tidak sempurna. Menggunakan agama
untuk kepentingan dirinya, memamerkan nikmat-nikmat Allah kepada hamba
hambaNya, dan dengan hujah-hujahNya atas kitab suciNya, atau ikut kepada
pengusung kebenaran yang tidak mempunyai pandangan mata hati yang benar dalam
cara menghidupkan kebenaran itu. Keraguan merebak dalam hatinya, segera setelah
mendapatkan upaya orang yang meragukannya. Dia tidak berpegang ke sana juga
tidak ke sini, atau dia tenggelam dalam kelezatan sehingga dia dengan mudah
tergelincir untuk mengikuti syahwat. Atau dia tertipu untuk mengumpulkan harta
dan menyimpannya. Dia bukanlah orang yang mengajarkan agama. Tetapi dia lebih
mirip hewan yang gemuk. Seperti itulah ilmu mati bersama kematian orang yang
memilikinya.
Ya Allah, benar sekali, tidak pernah kosong bumi ini dari
orang yang menjalankan hujah Allah. Terkadang dia terkenal dengan jelas, dan
terkadang dia sebagai sosok yang tidak menonjol dan tidak terkenal. Sehingga
hujah-hujah Allah serta penjelasan kebenaranNya tidak pernah hilang. Di manakah
mereka?
Mereka adalah orang-orang yang sedikit, namun mereka
mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah. Dengan merekalah Allah menjaga
hujahNya hingga mereka menyampaikan hujah itu kepada mereka yang
memperkarakannya. Kemudian menanamkannya dalam hati orang-orang yang
menerimanya. Maka ilmu menguasai keadaan. Dan hujah mereka itu memasuki ruh-ruh
yang yaqin. Sehingga mereka menjadi lemah lembut sementara orang yang
berlebihan merasa asing. Dan mereka merasa dekat sedangkan orang-orang bodoh
merasa gersang.
Mereka pun menemani dunia dengan tubuh mereka, sementara
ruh-ruh mereka tergantung dengan tempat yang tinggi. Hai Kumail bin Ziyad,
mereka adalah khalifah-khalifah Allah di bumiNya, dan orang-orang yang menjadi
da'iNya kepada agamaNya. Ah .. ah... saya merasa rindu melihat mereka, dan saya
memohon ampunan kepada Allah bagiku dan bagimu."
-----------------------------
sumber : 500 Kisah Orang Sholeh. Karya Ibnul Jauzi, hal 24-25
Post a Comment for "Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib"
Berkomentarlah dengan adab yang baik!